Hari ini saya baru saja pulang dari sebuah perjalanan. Yap, saya melakukan perjalanan lagi setelah kemarin pulang ke rumah asal dan setelah beberapa bulan di Jogja nggak kemana-mana. Ternyata, strategi mendekam di kamar kos demi produktif dan berhemat, gagal. Iya, jadi sekitar dua bulan lalu, saya mencoba membuat strategi baru dalam hidup untuk mengatasi kemalasan dan ke-boros-an diri sendiri. Mencoba lebih banyak mendekam di kos dan melakukan banyak hal. Inginnya sih bisa produktif dan nggak boros jajan serta banyak pekerjaan yang bisa saya lakukan yaitu menyelesaikan skripsi dan menulis mungkin. Tapi, ternyata itu adalah strategi yang salah. Saya bukannya semakin produktif, malah semakin nggak produktif. Mental saya juga nggak baik-baik saja. Mood seringnya turun banget dan jadi merasa overthinking. Akhirnya menyadari bahwa seperti saya nggak cocok kalau terus-terusan di kos. Maka, saya memutuskan untuk memperbanyak aktivitas di luar. Mencoba semakin sering bertemu banyak orang. Mencoba mengunjungi tempat-tempat baru. Lalu, menulis pengalamannya. Intinya saya mengusahakan untuk jarang di kos. Nah, perjalanan hari ini adalah perjalanan pertama.
Kemarin saya mengunjungi tempat tinggal salah satu teman saya di komunitas dulu. Ini adalah keinginan yang terealisasikan. Saya pernah menyeletuk kalau ingin main ke tempat dia. Kebetulan kemarin dia mau pulang dan mengajak saya untuk ikut, ya sudah tanpa berpikir panjang saya mengiyakan ajakan tersebut. Biasanya saya akan berpikir berkali-kali kalau diajak teman main. Berpikir budget, berpikir apakah saya ada agenda selama dua hari ke depan, berpikir skripsi saya belum selesai. Bahkan terkadang sudah overthinking duluan kalau saya nggak pandai menyapa orang, takut saya bertingkah keliru di mata keluarganya nanti. Tapi, segera saya tepis pikiran-pikiran dan perasaan itu. Kalau saya nggak nekat, pasti nggak akan terealisasikan. Masalah ketakutan itu, pikirkan nanti. Yang penting gas saja dulu.
Akhirnya, sore kemarin kami berangkat. Rencana kami akan mampir ke pantai dulu sebelum ke rumahnya karena rumahnya lumayan dekat dengan pantai. Sebenarnya saya sedang sedikit bosan melihat pantai. Tapi, berhubung rumahnya lebih dekat ke pantai ketimbang wisata lain jadi ya sudah nggak apa-apa. Niatnya mengejar sunset. Tapi, kami berangkat terlalu sore dan salah memilih jalan- terlalu panjang. Akhirnya, kami ganti pantai memilih yang lebih dekat dengan rute yang kami lewati. Setelah sedikit ngebut, kami sampai di pantai itu. Pantainya kecil dan sepi. Entah memang sepi atau karena sudah larut sore.
Ini penampakannya.....
Kami segera berfoto sebelum langit semakin gelap. beberapa cekrekkan didapat dari yang bagus hingga yang jelek. Saking jeleknya rasanya mending dibuang saja. Setelah cukup puas dan menyadari sudah sepi dan gelap, kami bergegas pulang. Di tengah perjalanan yang dominan jalannya naik turun dan belak-belok serta kanan kiri ladang atau pepohonan, ternyata kami sendirian. Beberapa kali ada rumah dan berpapasan dengan kendaraan sih. Tapi, tetap saja rasanya merinding. Kami gugup, yang penting sebelum gelap banget kami harus keluar dari "hutan" itu. Akhirnya setelah kurang lebih 25 menit atau 30 menit, kami sampai di jalan besar. Kami bergantian, giliran saya yang di depan. Saya sudah senang karena jalannya lebar dan halus, banyak mobil pula. Tapi, ternyata perjalanan masih satu jam dan kami harus melewati jalan seperti tadi lagi. Ya sudah, dengan bacaan basmallah dan tetap positif thinking akan selamat sampai tujuan saya mencoba tetap tenang. Perjalanan masih satu jam. Sesekali kami mengobrol dan berbagi tawa. Hingga perjalanan tinggal 10 menitan lagi. Jalan mulai nanjak. Mulai terasa daerah pegunungan.
Akhirnya kami sampai. Saya disambut oleh ibu teman saya dengan secangkir teh hangat dan gorengan dan beberapa camilan lainnya. Saya sempat mengobrol dengan ibunya. Beberapa kali dilempari pertanyaan basa-basi seperti "Asalnya mana?" dan "Kuliah dimana?" Setelah berganti baju- saya nggak mandi karena tempatnya dingin dan sudah malam pula, minum dan makan beberapa gorengan, saya tidur. Untungnya dinginnya masih bisa tubuh saya tolerir. Mungkin kalau di gunung, ini masih sedikit jauh dari kaki gunung. Tidur saya pula, mungkin karena capek dan udaranya dingin ya. Esok paginya, ketika bangun tidur teh dan gorengan hangat sudah dihidangkan. Saya kira secangkir teh dan sepiring gorengan, ternyata itu terus ditambah oleh ibu teman saya. Jadi lah meja ruang tamu dipenuhi oleh makanan-kembali. Kami sempat makan mie bersama-sama yang dibungkus oleh daun pisang. Kalau di tempat saya, makan bersama seperti ini namanya kepungan.
Saya jadi teringat sewaktu KKN. Ya, di desa seperti ini juga, bahkan tempatnya lebih tinggi dan lebih dingin. Setiap hari selalu tersedia makanan. Apalagi kalau sedang ada acara warga. Kami selalu "dipaksa" untuk makan. Haha, hal yang sama terjadi saat ini. Saya"dipaksa" makan oleh ibunya. Meja tamu kembali penuh oleh makanan. Kami sempat heboh oleh sebuah kipas angin hadiah yang didapat dari doorprize jalan sehat yang diikuti oleh teman saya dan ibunya pagi itu. Saya nggak ikut, karena memang rencananya ketika mereka pergi ke acara itu saya akan mengerjakan skripsi. Senang rasanya ketika menyaksikan hal sederhana bisa menciptakaan suka cita di dalam satu keluarga kecil. Ah, memang, kalau membahas hal-hal tentang desa rasanya selalu menakjubkan. Termasuk orang-orangnya. Ya seperti ini pula yang saya lihat dan rasakan ketika KKN dulu. Kesederhanaan, kerahmah-tamahan, sopan santun, loyal, kerja keras, kebahagiaan begitu melekat dalam diri mereka.
Ada satu kalimat yang masih terngiang-ngiang di telinga saya ketika saya dan ibu teman saya mengobrol sewaktu kepungan itu. Kami sedang membahas keluarga saya, saat saya menyebutkan jumlah kakak dan urutan saya dalam keluarga. Ibu teman saya bilang "Semuanya berpendidikan", lalu saya ucap "Alhamdulillah". Kemudian beliau menimpali "Buat bekal ya mba". Maksudnya kurang lebih seperti ini. Pendidikan itu adalah investasi untuk masa depan, nggak hanya soal materi tapi juga menyangkut semuanya seperti attitude dan lain-lain. Pemikiran seperti itu yang selalu saya temui ketika berbincang dengan orang desa. Semangat juang para orang tua untuk menyekolahkan anaknya sangat luar biasa. Mereka ingin anak-anak mereka harus lebih baik pendidikannya dari mereka. Mereka ingin anak-anak mereka lebih sukses dari mereka. Mereka ingin anak-anaknya menjadi "orang" suatu saat nanti. Saya paham betul. Sebab saya berasal dari keluarga yang seperti itu. Orang tua saya adalah orang tua desa yang memiliki semangat juang begitu besar untuk anak-anaknya dengan tekad seperti pemikiran tersebut. Sehingga saya bisa melihat tekad dan harapan yang sama dari sepenggal kalimat ibu teman saya itu. Semoga terkabul apa-apa yang diharapkan oleh mereka.
Setelah makan dan berbincang sebentar. Saya dan teman saya tidur. Udara dingin dan angin sepoi serta lingkungan yang tenang selalu nggak pernah gagal membuat mata saya cepat mengantuk. Ditambah banyak asupan yang masuk. Setelah tidur sekitar dua jam. Kami bangun lalu bersiap untuk pulang. Mandi, beberes barang, dan dandan. Orang tua teman saya sedang pergi, jadi lah kami berpamitan lewat Whattshapp.
Perjalanan kali ini mengajarkan saya mengenal nilai-nilai orang-orang desa yang begitu berharga. Saya bisa mencontoh kebaikan-kebaikan mereka. Dan tentu, sifat dan sikap mereka sebagai makhluk sosial. Ah...cerita-cerita seperti ini yang membuat saya jadi suka jalan-jalan. Saya akan lebih banyak melakukan perjalanan dan lebih banyak belajar hal baru. Oiya, tentu, lebih banyak menulis cerita. Mungkin cerita kali ini saya tulis sampai disini saja. Perjalanan kami pulang ya biasa saja. Seperti biasa, kalau saya melakukan perjalanan dengan teman saya yang satu ini, kami banyak sekali mengobrol sewaktu mengendara. Jadi, sepanjang kami pulang tadi, kami mengobrol banyak hal. Kapan-kapan mungkin saya akan menulis obrolan kami yang menarik. Eh iya, ada satu kalimat yang teman saya katakan tadi, katanya "Kamu sekarang lebih ceria". I know that it's very simple word. Tapi, saya senang sekali mendengarnya. Karena itu berarti strategi atau lebih tepat disebut tebakan, saya akan overthinking kalau saya sendirian dan mendekam di kos. Jadi, saya bergerak untuk melakukan perjalanan. Hingga akhirnya membuat saya merasa hidup saya nggak begitu-begitu saja dan saya jadi merasa "hidup".
Cerita perjalanan pertama, sekian. Besok pergi kemana lagi ya? Ditunggu, saya pasti akan menuliskannya.

Comments